Beranda | Artikel
Sebab-Sebab Mendapatkan Taufik dan Berpalingnya Allah
5 hari lalu

Sebab-Sebab Mendapatkan Taufik dan Berpalingnya Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 14 Rabiul Akhir 1446 H / 17 Oktober 2024 M.

Kajian Islam Tentang Semua Nikmat dari Allah, Sedangkan Perbuatan Dosa dari Godaan Setan

Sebaliknya, keadaan ketika Allah berpaling dan tidak menolong seseorang dalam melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan—na’udzu billahi min dzalik– ternyata ini juga ada sebabnya.

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata bahwa sebab-sebab dari al-khidlan adalah tidak tersedianya tempat di hati seseorang, ketidakpantasan dirinya untuk menerima nikmat ini, yaitu taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hamba yang tidak mempersiapkan diri dan tidak mengusahakan sebab-sebab yang telah dijelaskan dalam syariat agar ia bisa mendapatkan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tidak akan layak untuk dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menerima nikmat-Nya yang agung ini.

Orang yang jika mendapatkan nikmat-nikmat dari Allah, bukannya merendahkan diri dan mengakui bahwa dirinya tidak pantas menerima kebaikan-kebaikan tersebut dan itu murni karunia dan anugerah dari Allah. Sebaliknya, orang itu justru berkata, “Ini memang pantas untukku. Nikmat ini sesuai denganku karena aku ahli untuk mendapatkannya. Aku berhak menerima nikmat ini.”

Orang yang bersikap sombong seperti ini tidak merendahkan dirinya di hadapan Rabb-nya. Dia menentang posisinya sebagai hamba yang miskin dan penuh kekurangan, seolah-olah nikmat tersebut adalah hak yang harus Allah tunaikan kepadanya. Ini adalah ciri-ciri orang yang dijauhkan dari taufik Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagaimana ucapan Qarun yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي

“Sesungguhnya aku diberi nikmat itu, semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al-Qashash[28]: 78)

Orang yang sombong itu tidak menisbatkan nikmat tersebut sebagai karunia murni dari Allah, tetapi malah mengklaim bahwa itu diperoleh karena keahliannya sendiri, dengan penuh kesombongan.

Kita perlu memperhatikan hal-hal seperti ini karena seorang hamba selalu dituntut untuk merendahkan diri di hadapan Allah. Sebagaimana telah dibahas, mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki kita selalu menyaksikan nikmat-Nya, menisbatkan segala kebaikan kepada-Nya, serta menyadari kekurangan dan kelemahan diri kita. Hal ini mencerminkan kebutuhan mendasar kita akan nikmat dan karunia Allah, yang merupakan kunci dari segala kebaikan.

Bahkan, hal ini terkandung dalam sayyidul istighfar:

أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ

“Aku mengakui kepada-Mu Ya Allah besarnya nikmat-nikmat yang Engkau berikan, dan aku mengakui kekurangan dan dosa-dosaku.”

Lihat: Bacaan Sayyidul Istighfar Beserta Penjelasannya

Maka ucapan Qarun “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu, semata-mata karena ilmu yang ada padaku” ini menunjukkan kesombongan dirinya. Dia tidak merendahkan dirinya kepada Rabb-nyaPadahal dia mengakui nikmat itu adalah dari Allah, tapi dengan bahasa yang menunjukkan kesombongan, “Memang ini dari Allah, tapi aku pantas mendapatkannya. Aku berhak, dan Allah harus memberikannya kepadaku.” Na’udzubillahi min dzalik. Sikap seperti ini adalah tanda orang yang akan dipalingkan dari taufik Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Begitu pula, ketika seseorang berbuat kebaikan, alih-alih mensyukurinya sebagai pertolongan dari Allah, ia merasa bahwa semua kebaikan itu murni dari dirinya. Ia tidak mengakui bahwa pertolongan Allah-lah yang memudahkannya untuk berbuat baik dan menjauhkannya dari keburukan. Ia malah berkata, “Memang aku orang yang rajin dan suka berbuat kebaikan. Kecenderunganku untuk selalu taat berasal dari diriku sendiri.” Ini adalah kesombongan yang sangat berbahaya. Na’udzubillahi min dzalik. Ucapan-ucapan seperti ini menjadi sebab seseorang dijauhkan dari taufik Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang seperti Qarun beranggapan bahwa Allah berikan nikmat itu diatas ilmu yang Allah mengetahui ada pada diriku, sehingga aku berhak dan harus mendapatkan nikmat itu, dan aku orang yang ahli untuk memilikinya. Ini adalah kesombongan yang sangat fatal. Na’udzubillahi min dzalik.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54593-sebab-sebab-mendapatkan-taufik-dan-berpalingnya-allah/